Assalamu'alaikum MTers

My photo
Selamat datang di Moslem Teen Box a.k.a MTBox.. Di sini, kita akan berbagi informasi tentang kegiatan2 dan ngebahas topik2 yang lagi hangat dibicarakan tentang dunia islam dan dunia islam pada remaja khususnya... gak ketinggalan juga, kita bisa sharing liputan acara2 yang up to date n tetap dlm koridor keislaman... So?? kata siapa remaja islam itu kuper?? Yuk.. kita tunjukkan klo remaja muslim itu Eksis dunia akhirat... We can to be Exist Moslem Teen with Moslem Teen Box.. ^_^

Monday, 1 February 2010

Ibu, mother, mama, mommy!

Kita sering lupa jasa ibu

Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi
Tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia

Sebuah lagu yang sering kita lantunkan ketika kita masih kecil,berulang-ulang diajarkan oleh guru kita, tanpa kita mengenaal makna sebenarnya. Ketika sudah dewasa, kita mulai mendengar lagu-lagu cinta kepada kekasih dari berbagai band terkenal, lagu-lagu cinta semu yang tak sekuat cinta kita kepada ibu yang diperdengarkan sewaktu masih kecil dulu. Sungguh ironis sekali saat kita beranjak dewasa, ketika bakti kita sangat diperlukan ibunda yang mulai tua, kita justru mulai melupakan nilai-nilai kasih sayang kepadanya.

Sebagai seorang anak, seringkali kita melupakan semua jasa yang pernah ibu berikan kepada kita. Walaupun seorang ibu itu telah melahirkan, membesarkan, merawat dan mendidik putranya dengan penuh harapan kelak ia akan menjadi anak yang saleh, yang bisa membuat bangga dirinya, tidak pernah sekalipun ia merasa terbebani menjalani itu semua. Sebaliknya, seorang anak yang secara kodrati telah lahir dari rahim ibunya, dan mempunyai kewajiban berbakti dengan segudang hutang budi kepada ibunya, acapkali melupakan segala hal yang pernah ibu berikan kepadanya. Mungkin seorang anak belum bisa menghargai jasa seorang ibu, hingga ia kelak akan menjadi orangtua.




Ingatkah kita ketika tengah malam ibu tidur dalam tidur nyenyaknya setelah seharian menjaga kita terbangun karena tangis nakal kita? Dengan tangan lembutnya kita dibelai, dengan kasih sayangnya kita ditimang, meskipun kantuk berat dan rasa letih sedang ia hadapi? Meskipun kita ingat dan bisa membayangkan masa itu, tetapi tidak sedikit dari kita yang mengabaikan besarnya kasih seorang ibu. Kita sering lupa betapa besarnya tenaga, pikiran dan perasaan yang ia korbankan untuk kita.

Ibu mengorbankan tenaga bagi kita sepanjang hari, 24 jam penuh tanpa pernah mengeluh. Sulit dibayangkan kita bisa mencari baby sitter semahal apa pun membayarnya, tetapi tidak sekuat penjagaan seorang ibu. Namun, seorang ibu tanpa dibayar sepeser pun rela dengan senang hati memberikan segala apa yang kita minta.
Seorang ibu bisa saja mengorbankan segalanya demi mewujudkan keinginan buah hatinya. Berapapun besarnya materi yang ia peras dari keringatnya akan ia kejar hanya untuk buah hatinya agar ia tidak menangis.

Apakah kita telah melupakan fakta-fakta bahwa bertahu-tahun ibu telah menjaga kita?

COBA RENUNGKANLAH.........!!

9 Bulan Dalam Kandungan
Ibu mengandung kita, membopong janin bakal tubuh kita selam 9 bulan 24 jam penuh, betapa beratnya kita. Ia memberi nutrisi khusus yang diasupkannya demi menjaga kesehatan kita dalam kandungan. Kita membalasnya dengan menyedot habis nutrisi kesehatan ibu hingga terkadang ia menjadi lemah. Kita pun menghadiahi ibu tendangan kaki kita pada dinding rahimnya ia meringis kesakitan. Apakah ia marah? Tidak! ia hanya tersenyum.

1 Tahun Pertama
Ibu kita memberi asi dan memandikan kita dengan penuh kesabaran. Kita justru berterima kasih dengan tangisan, tangisan dan tangisan. Ia tetap membalas dengan senyuman.

Saat Kita Berumur 2 Tahun
Ibu mengajari kita bagaimana cara berjalan, menuntun saat kita tertatih-tatih, dan mengulurkan tangan saat kita terjatuh. Sebagai balasannya, kita menjauh saai ia memanggil, berlari saat ia menghampiri, dan menghindar saat ia minta bantuan. Namun ia memahami dengan penuh pengertian.

Saat kita Berumur 3 Tahun
Ibu memasakkan kita semua makanan kesukaan kita dengan kasih sayang. Sebagai balasannya, kita menghempaskan piring berisi makanan kelantai. Ia tetap menasihati kita dengan lembut. Tak ada sedikit murka dihatinya.

Saat Kita Berumur 4 Tahun
Ibu mulai mengajarkan kalimat yang benar dan menata setiap perkataan kita. Sebagai balasannya, kita mulai membentak dan enggan mendengar nasihatnya. Namun, ia tetap sabar mendidik.

Saat Kita Berumur 5 Tahun
Ibu membelikan pakaian-pakaian yang mahal dan indah. Dengan senang hati kita menerima dan memakainya untuk bermain di kubangan lumpur dekat rumah. Dengan sabar ia menanggung akibat perbuatan kita.

Saat Kita Berumur 6 Tahun
Ibu dengan senang hati mengantar kita ke sekolah dengan harapan besar kita banyak mengetahui hal-hal baru. Kita membalasnya dengan berteriak, "Aku enggak mau sekolah!" Ibu mencoba memberi pengertian, tetap dengan penuh sabar dan kasih sayang.

Saat Kita Berumur 7 Tahun
Ibu membelikan bola. Sebagai balasannya, kita lemparkan bola ke jendela tetangga. Ibu yang meminta maaf untuk kita.

Saat Kita Berumur 8 Tahun
Ibu memberi es krim. Dengan sangat terima kasih kita tumpahkan hingga mengotori seluruh pakaian. Ibu menggantinya dengan es krim yang baru.

Saat Kita Berumur 9 Tahun
Ibu dengan susah payah membayar mahal untk kursus kita yang terkadang harus berhutang untuk membayar iurannya. Sebagai balasannya, kita sering bolos dan sama sekali tidak pernah berlatih. Ibu tetap berharap kita mampu menguasainya.

Saat kita berumur 10 Tahun
Ibu mengantar kita ke mana saja, dari kolam renang hingga pesta ulang tahun. Sebagai balasannya, kita melompat keluar mobil tanpa memberi salam kepadanya.

"Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu bapaknya" (QS al-Ankabut 29:8)

Saat Kita Berumur 11 Tahun
Ibu memenuhi acara undangan sekolah kita. Sebagai balasannya, kita minta ia duduk di baris lain dengan teman-teman.

Saat Kita Berumur 12 Tahun
Ibu melarang kita untuk terlalu banyak menonton acara TV. sebagai balasannya, kita tunggu sampai ia keluar rumah, lalu menonton sepuasnya.

Saat Kita Berumur 13 Tahun
Ibu menyarankan kita untuk memotong rambut, karena sudah waktunya. Sebagai jawabannya, kita mengatakan ia tidak tahu mode. Dan, ibu cuma mengiyakan saja.

Saat Kita Berumur 14 Tahun
Ibu membayar biaya kemping kita selama sebulan liburan. Sebagai balasannya, kita tidak pernah memberi kabar kepadanya.

Saat Kita Berumur 15 Tahun
Ibu pulang kerja dan ingin memeluk kita sebagai obat kepenatan dan penghibur baginya. Sebagai balasannya, kita mengunci pintu kamar.

Saat Kita Berumur 16 Tahun
Ibu mengajari kita mengemudikan kendaraannya. Kita berterima kasih dengan memakai kendaraannya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannnya.

Saat Kita Berumur 17 Tahun
Ibu sedang menunggu telepon yang penting. Sebagai balasannya, kita pakai telepon tanpa henti semalaman. Namun, ibu tetap bersabar.

Saat Kita Berumur 18 Tahun
Ibu menangis terharu karena kita lulus SMA. Sebagai balasannya, kita berpesta dengan teman-teman hingga pagi. Ibu tidak tidur semalaman memastikan kita baik-baik saja.

Saat Kita Berumur 19 Tahun
Dengan susah payah, ibu membayar biaya kuliah dan mengantar ke kampus pada hari pertama. Sebagai ucapan terima kasih, kita minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kita tidak malu di depan teman-teman, ibu mencoba mengerti.

Saat Kita Berumur 20 Tahun
Ibu bertanya, "Dari mana saja seharian ini?" Sebagai balasannya, kita menjawab, " Ah, ibu cerewet amat, sih. Ingin tahu urusan orang!" Ibu mulai mengelus dada.

Saat Kita Berumur 21 Tahun
Ibu menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karir kita di masa depan. Sebagai balasannya, kita mengatakan, "Aku tidak ingin seperti ibu"

Saat Kita Berumur 22 Tahun
Ibu memeluk kita dengan haru saat lulus perguruan tinggi. Sebagai balasannya, kita minta kepadanya biaya liburan ke Bali

Saat Kita Berumur 23 Tahun
Ibu membelikan satu set furniture untuk rumah baru kita. Kita berterima kasih dengan menceritakan pada teman-teman betapa jeleknya furniture itu.

Saat Kita Berumur 24 Tahun
Ibu bertemu dengan tunangan kita dan bertanya kepada kita tentang rencana kita di masa datang. Sebagai balasannya, kita mengeluh, " Aduh, bagaimana ibu ini! kok, bertanya seperti itu?"

Saat Kita Berumur 27 Tahun
Ibu membantu membiayai pernikahan kita. Sebagai balasannya, kita pindah ke kota lain yang sangat jauh agar tak usah repot-repot kumpul bersama orangtua dan merawatnya.

Saat Kita Berumur 30 Tahun
Ibu berbagi pengalaman bagaimana merawat bayi kita. Sebagai rasa terima kasih, kita katakan kepadanya, "Bu, cara begitu sudah kuno!"

Saat Kita Berumur 40 Tahun
Ibu menelepon untuk mengingatkan pesta ulang tahun salah seorang kerabatnya. Sebagai balasannya, kita menjawab, " Bu, saya sibuk sekali, enggak ada waktu"

Saat Kita Berumur 50 Tahun
Ibu sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatan kita. Sebagai balasannya, kita mengeluh dengan panjang lebar bahwa rumah kita sempit, sibuk dengan suami, anak-anak, dan pekerjaan kita.

Pada saat-saat ibu sudah renta, mulai membungkuk, susah payah ia melangkahkan kakinya untk sekedar mengambil air wudhu, badan mulai lemas dan sakit-sakitan, terlintas dalam benak ibu, "Andaikan anakku berada di sisiku, mungkin aku tidak sesusah ini. Anakku yang sudah sukses dan mandiri, punya keluarga yang bahagia, masih ingatkah ia kepadaku? Seorang ibu yang sudah mulai lemah, yang telah puluhan tahun mengorbankan tenaganya hanya untuknya? Kemarilah anakku, berilah kebahagiaan walau sejenak untuk mengiringi detik-detik kepergianku. Mungkin hanya sebulan, seminggu, sehari, bahkan sedetik pun sangat berarti bagiku. Sudah lupakah berpuluh-puluh tahun aku merawatmu, melimpahkan segala tenagaku hanya untukmu, segala pikiranku tertuju padamu, segala rezeki dan nikmat yang diberikan Tuhan rela aku bagi untukmu? Kuberikan padamu jiwa dan raga bagimu selama berpuluh tahun. Sekarang, saatnya kuminta baktimu, cukup sesaat sebelum aku pergi menghadap Sang Kuasa.

Hingga suatu hari, tanpa kita sadari, ibu telah meninggal dunia. Tiba-tiba, kita teringat semua yang belum pernah kita lakukan untuk berbakti kepadanya, karena itu semua datang bagaikan palu godam, menghantam hati kita.

Maka, bangkitlah dari tempat dudukmu. Peluklah ibumu jika engkau belum pernah merasakan betapa nikmatnya getaran kasih sayangnya. Jangan lupa untuk mencintainya. Jika ia tiada, ingatlah selalu kasih sayangnya yang tanpa syarat, ingatlah dan doakan ia sepanjang engkau ingat kepada Tuhanmu.

Sekarang juga, sebelum ia meninggalkanmu, tundukkanlah wajahmu, bungkukkanlah badanmu, raih punggung tangan beliau dalam-dalam, hiruplah wewangian cintanya, dan rasukkan kedalam kalbumu agar menjadi azimah bagi rezeki dan kebahagiaanmu.

Karena, kamu hanya memiliki satu ibu seumur hidupmu.................

No comments:

Post a Comment