Kesholehan Comparative
Keunggulan memiliki bunyi sesungguhnya ketika ia hadir dalam ruang pembeda yang jelas yaitu saat disandingkan dengan ketidakunggulan. Begitupun dengan kesholehan kawan, dia akan bermakna saat makna ketidaksholehan didefinisikan. Oleh karenanya bagi kita menjadi penting untuk melihat comparative advantage atau Keunggulan comparative atau ‘khas’ menjadi sangat penting dalam suasana hati dan keyakinan sebagai seorang muslim. Kita dikatakan sholeh dikarenakan kita melakukan prilaku kesholehan yang jelas tentang bagaimana menunaikan perintah Allah dengan jelas, ketika banyak orang justru melanggar perintah tersebut baik secara sadar maupun tidak. Kita dikatakan sholeh karena kita melakukan sholat lima waktu dengan tepat waktu, sedangkan disisi lain ada orang yang tidak melakukan sholat selama lima waktu serta tentu saja tidak tepat waktu. Lalu pada akhirnya kita harus tetap bersaing di ‘kelas’ yang sama dengan standar kesholehan yang diharapkan, karena air besar adanya di samudra bukan di empang kawan. Ketika ada yang melakukan sholat wajib plus dengan sholat dhuha, sedangkan kita hanya melakukan sholat fardu saja tanpa sholat sunah tersebut tentu saja pada akhirnya yang dikatakan sholeh adalah yang melakukan dua prilaku sholat tersebut, sholat dhuha dan sholat wajib.
Disisi lain tentu kita mencoba menyadari bahwa pembedaan saja tidak cukup, Keunggulan akan semakin baik ketika bertemu dan berteman akrab dengan Spesialisasi. Karena ia akan semakin tajam membentuk kesimpulan karakter serta kepribadian seseorang. Rasul telah mampu meningkatkan setiap kapasitas sahabat tanpa membunuh sedikitpun potensi dasar serta keunikan meraka. Seorang Bilal Bin Rabah masuk surga karena keunggulan dan spesialisasi amal yang dimiliki. Keunggulan mengumandangkan Adzan dan melewati krisis identitas akidah setelah sebelumnya krisis identitas - seorang budak beli-an -, serta beliau punya atas spesialisasi atau keunikan positif karena selalu menunaikan sholat sunat seusai mengambil air wudhu. Lalu, pribadi memesona yang ditampilkan Ayahanda Abu Bakar as sidiq ketika keyakinan besarnya kepada Allah SWT menunjukan makna syahadat yang luar biasa di hadapan Rasul, dengan mengakui eksistensi perjalanan Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad ketika melakukan lawatan ruhiyah ke Sidratul muntaha. Bukankah itu luar biasa? Lalu apakah kita mungkin? Tentu tidak perlu banyak berdebat dengan itu, karena kita mungkin dalam ranah dan situasi yang berbeda, namun dalam emosi ruhiyah yang sama.
“Satukan Visi, Bedakan Aksi” jadi teman-teman ini menunjukan bahwa ruang ekspresi itu masih besar, bahkan terlampau luas untuk kita jelajahi. Namun itu bukan selayaknya membuat kita ‘ngeper’ tapi seharusnya terus bergerak dan berjuang teman. Karena Islam selalu memberi ruang yang nyaman untuk menyemai keunggulan dan spesialisasi ini, sehingga itulah yang membuat banyak orang besar lahir di peradaban ini. Tapi sekarang kok gak ada? Bukan tidak ada, namun sedang berproses. Setelah dengan ‘sukarela dan secara sadar’ memberikan kesempatan kepada peradaban lain, yang maaf dengan tidak tendensius bahwa tidak terlalu mampu berhasil menciptakan kedamaian dunia bukan hanya sebagai personal namun juga kolektif personal (Jamaah). Jadi unik dan menakjubkan karena anda pakai Jeans terbaik namun tidak berteman dengan mahluk jin, karena anda paham betul dengan syariah tentang segala prilaku terbaik Anda (Akhlaq). Ketika anda menggunakan jilbab dengan warna yang ‘jreng’ tapi matching kan bagus tuh, apalagi lebih matching dengan hukum dan ketentuannya kan keren tuh ‘jeng’. Karena anda punya keunggulan comparative yang khas dan spesialisasi yang baik terhadap pilihan warna dan tipe berjilbab Anda. Namun bukan asal ada ‘rasa’ syariah, kan gak ada tuh minuman Bir rasa syariah atau Rokok berasap syariah.
Oleh karenanya semoga setiap kesholehan tersebut memberi effect terhadap kemampuan kita untuk tetap meningkatkan kapasitas diri dan mempertajam kompetensi kita baik di dunia dan akhirat. Jadi beda dan gaul, dikemas dengan keyakinan yang tinggi pada Allah SWT akan membuat pribadi yang memesona. Layas tawi fi ashabul naar wa ashabul jannah (tidaklah sama ahli surga dan neraka). Selamat menunaikan tahun yang lebih segar kawan!!
ditulis oleh:Heryadi Silvianto (Conselor Pesantren Terpadu Al Kahfi, Bogor. Beliau sedang menempuh MM Komunikasi UI.
Dari tulisan ini, intinya jangan pernah berhenti untuk meningkatkan keimanan diri ini. Jangan pernah merasa diri ini telah cukup islami. Sekedar berbeda keyakinan dengan orang non muslim aj gak cukup.
Ibaratnya sebuah perusahaan maka memiliki karakter atau jenis usaha yang berbeda ternyata tidak cukup untuk menjadi sukses. Untuk sukses maka ia perlu senantiasa berusaha untuk menjadi ahli di bidangnya. Begitu juga sebagai remaja islam, melakukan ibadah yang wajib saja belumlah cukup untuk menjadi seorang hamba Allah yang dicintainya. Perlu ditambahkan dengan ibadah yang sunnah dan penyempurnaan pelaksanaan ibadahnya..
Semoga bermanfaat dan menggugah hasrat kita untuk semakin mendekatkan diri pada Allah.
Wallahualam bishawab
Assalamu'alaikum MTers
- Moslem Teen Box
- Selamat datang di Moslem Teen Box a.k.a MTBox.. Di sini, kita akan berbagi informasi tentang kegiatan2 dan ngebahas topik2 yang lagi hangat dibicarakan tentang dunia islam dan dunia islam pada remaja khususnya... gak ketinggalan juga, kita bisa sharing liputan acara2 yang up to date n tetap dlm koridor keislaman... So?? kata siapa remaja islam itu kuper?? Yuk.. kita tunjukkan klo remaja muslim itu Eksis dunia akhirat... We can to be Exist Moslem Teen with Moslem Teen Box.. ^_^
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment